Di era digital seperti sekarang, bahasa berkembang jauh lebih cepat dari sebelumnya. Setiap minggu selalu saja muncul istilah-istilah baru dari dunia maya yang kemudian viral dan digunakan secara luas. Salah satu contohnya adalah kata tobrut, istilah gaul yang belakangan ramai diperbincangkan karena maknanya yang dianggap lucu sekaligus kontroversial.
Apa Itu Tobrut?
Secara harfiah, tobrut adalah singkatan dari “toket brutal”. Kata ini digunakan untuk menggambarkan ukuran dada perempuan yang dianggap sangat besar atau mencolok. Meski berasal dari bahasa slang yang tidak baku, istilah ini populer dan dengan cepat menyebar ke berbagai platform seperti TikTok, Twitter, dan Instagram.

Istilah ini memang terkesan ringan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaannya sering kali mengarah pada objektifikasi tubuh perempuan. Meskipun terdengar seperti sekadar candaan, ada kalanya kata ini digunakan dengan nada merendahkan, bahkan melecehkan.
Viral Karena Budaya Internet
Kemunculan tobrut tak lepas dari budaya meme dan komentar receh di media sosial. Banyak orang menggunakan istilah ini sebagai punchline untuk menggambarkan perempuan yang tampil dengan busana ketat atau ekspresi percaya diri.
Budaya internet yang cepat dan bebas membuat istilah semacam ini mudah viral. Namun, di sisi lain, penyebaran istilah seperti tobrut juga menunjukkan betapa tipisnya batas antara candaan dan penghinaan di dunia maya.
Bahasa Gaul dan Batas Etika
Bahasa gaul seperti tobrut memang bagian dari kreativitas masyarakat digital. Namun, bukan berarti semua istilah gaul layak untuk dinormalisasi. Ketika kata tersebut mulai digunakan secara luas tanpa mempertimbangkan konteks dan dampaknya, maka risiko terjadinya body shaming atau pelecehan verbal pun semakin besar.
Banyak pihak mulai menyuarakan bahwa istilah seperti ini sebaiknya tidak dilanggengkan, terutama di ruang publik digital yang bisa diakses siapa saja.
Tobrut hanyalah salah satu dari sekian banyak istilah gaul yang lahir dari internet. Ia mencerminkan bagaimana dunia maya bisa menciptakan budaya baru hanya dengan satu kata kunci. Namun, dalam menggunakan bahasa seperti ini, penting untuk tetap menjaga empati dan etika.
Candaan boleh, tapi jangan sampai mengorbankan kenyamanan atau harga diri orang lain. Sebab di balik sebuah istilah viral, bisa saja ada dampak yang nyata di kehidupan seseorang.